COVID-19: TESTING & SURVEILEN

dr. Ayustawati, PhD 

Tanggal publikasi: 02 Juni 2021Terakhir di update: 02 Juni 2021

Penyakit infeksi COVID-19 adalah penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus 2). Infeksi virus COVID-19 menyebabkan jumlah fatalitas yang cepat dan berat terutama pada individu-individu tertentu misalnya individu lanjut usia, anak-anak, individu yang menderita penyakit kronis yang menyebabkan kekebalan tubuh yang rendah dan sejenisnya. Selain itu karakter infeksi virus COVID-19 adalah bisa menginfeksi orang yang sehat tanpa munculnya gejala kesakitan sehingga memudahkan penularan di masyarakat.

 

Testing untuk mengetahui apabila seseorang terinfeksi COVID-19, bisa dilakukan dengan berbagai cara, walaupun demikian, para ahli menyebutkan bahkan testing yang disebut sebagai Gold Standard masih memperlihatkan sejumlah pasien gagal terdeteksi. Oleh karena itu, hasil testing negatif tidak cukup dasar untuk menelantarkan usaha sosial distancing, proteksi diri dengan menggunakan masker atau higiene.

 

Berbagai tehnik untuk mengetahui apabila seorang pasien menderita infeksi virus COVID-19 sudah bisa dilakukan dengan berbagai tehnik, akan tetapi, sebelum melakukan testing, tujuan dari testing perlu diketahui, sehingga tehnik testing yang tepat bisa dipakai.

 

Tujuan dari testing adalah:

1. Sebagai upaya mendeteksi virus dari pasien yang memperlihatkan gejala-gejala dan tanda infeksi virus COVID-19. Tujuan dari testing ini adalah untuk mengkonfirmasi apabila gejala kesakitan yang diderita oleh pasien adalah infeksi virus COVID-19 atau kondisi Kesehatan lainnya.

2. Sebagai upaya skreening untuk mengidentifikasi apabila kelompok individu tertentu memiliki kondisi infeksi virus COVID-19. Biasanya kelompok individu ini tidak memperlihatkan gejala kesakitan dan terlihat sehat-sehat saja. Contoh kelompok individu adalah pegawai kantor tertentu, penumpang angkutan umum, anak-anak sekolah dan sejenisnya

Beberapa tehnik testing infeksi COVID-19 dibahas berikut ini:

 

1. Pemeriksaan rontgen dengan CT-scan

Pemeriksaan rontgen paru-paru dengan alat CT scan bisa memperlihatkan gambaran spesifik kondisi saluran nafas terutama paru-paru pada penderita infeksi COVID-19. Pemeriksaan CT scan yang dilakukan berdasarkan pasien yang memperlihatkan gejala dan tanda infeksi virus COVID-19, bersama dengan lab testing menggunakan tehnik PCR akan memberikan akurasi yang tinggi untuk mengkonfirmasi infeksi virus COVID-19.

 

2. Testing berdasarkan bagian protein atau partikel gen dari virus COVID-19

Ada berbagai tehnik digunakan untuk mengidentifikasi bagian gen SARS-CoV. Test yang populer digunakan adalah:

 

Tehnik PCR (Polymerase Chain Reaction)

 

Tehnik PCR yang popular dipakai untuk mendeteksi bagian gen dari dari virus SARS-CoV-2 adalah RT-PCR (Reversed Transcription-PCR). Test ini memerlukan mesin lab khusus dan Sebagian besar test ini dilakukan di lab untuk analisa. Testing dengan tehnik PCR memerlukan waktu 1-3 hari untuk bisa melihat hasil test dan memberikan angka akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis testing yang lain. Angka akurasi test ini akan lebih tinggi apabila Analisa test juga dikombinasikan dengan gejala pasien dan hasil rontgen.

 

Beberapa kelemahan test RT-PCR adalah waktu keluarnya hasil yang cukup lama, sehingga pasien perlu menunggu sebelum bisa dipindahkan atau dipulangkan, selain itu testing hanya bisa dilakukan dengan peralatan tertentu di lab, memerlukan bahan-bahan campuran yang didatangkan dari luar negeri dan mahal. Kesalahan pada hasil test menggunakan RT-PCR bisa disebabkan karena pengambilan sampel pada waktu yang tidak tepat, sehingga hasil ditemukan negatif walaupun pasien terinfeksi oleh virus COVID-19. Penyebab lainnya adalah adanya kesalahan tehnis pada saat pelaksanaan testing, pasien menderita re-infeksi atau adanya proses reaktifasi dari virus COVID-19 yang tinggi setelah testing dilakukan.

 

Test instan menggunakan cara ini juga sudah beredar, dimana testing bisa dilakukan ditempat dengan hasil keluar dibawah 1 jam. Test jenis ini, perlu dikonfirmasi dengan tehnik RT-PCR.

 

3. Testing berdasarkan ditemukannya COVID-19 antigen

Rapid test untuk mengidentifikasi infeksi virus COVID-19 disebut juga Rapid Antigen Testing (RAT). Tehnik test ini dilakukan menggunakan peralatan strip sekali pakai dengan bagian indikator yang bisa memperlihatkan hasil test di tempat. Waktu yang diperlukan untuk test ini berkisar sekitar 30 menit. Hasil test rapid sangat tergantung dari jumlah kandungan antigen atau partikel virus COVID-19 di dalam sampel yang diambil, semakin banyak kandungan partikel virus COVID-19, semakin akurat hasil yang diberikan. Apabila kandungan partikel virus rendah, kemungkinan hasil test bisa negatif walaupun pasien sebenarnya terinfeksi oleh virus COVID-19.

 

4. Testing serologi/ test antibodi

Test infeksi COVID-19 dipakai untuk mengidentifikasi sejarah infeksi pada penderita. Test ini bukan merupakan jenis testing untuk mengidentifikasi penyakit infeksi COVID-19. Antibodi seperti IgM, IgG dan IgA sebagai reaksi dari spike protein dari virus SARS-CoV-2 bisa dideteksi dalam kurun waktu 3 minggu setelah penderita terinfeksi virus COVID-19. Adanya antibodi ini memperlihatkan bahwa pasien tersebut pernah terinfeksi virus COVID-19.

5. Test hembusan nafas (Breath) Testing

Test infeksi COVID-19 menggunakan tehnik hembusan nafas (breath test), cara test ini belum disebutkan di dalam rekomendasi untuk deteksi/skreening infeksi virus COVID-19 oleh badan kesehatan dunia (WHO), beberapa penelitian awal dan uji klinis sudah dan sedang dilakukan oleh beberapa pusat penelitian. Tehnik deteksi penyakit menggunakan hembusan nafas sudah dilaporkan sebelumnya.

 

Test hembusan nafas bisa dilakukan dengan beberapa cara, salah satu tehnik adalah dilakukan dengan menganalisa partikel kimia di dalam hembusan nafas patient dengan mengukur jenis zat kimia yang dikenal dengan istilah Volatile Organic Compound (VOC) di dalam kandungan udara hembusan nafas pasien.

 

Di Indonesia, test bernama GeNose C19 menggunakan tehnik pengukuran VOC ini, diberikan ijin beredar untuk upaya skreening kelompok masyarakat tertentu. Sampel yang dipakai adalah sampel hembusan nafas pasien ke dalam kantung plastik sekali pakai, yang kemudian dihubungkan dengan alat pengukur e-Nose sebagai mesin sensor untuk jenis gas tertentu. Testing hembusan nafas disebutkan merupakan cara yang bisa memberikan indikasi adanya infeksi virus COVID-19 dengan cepat, dengan kecepatan sekitar 5 -10 menit sudah memperlihatkan hasil, jenis test ini juga lebih ekonomis.

 

Kelemahan dari testing hembusan nafas ini adalah analisa kandungan molekul kimia spesifik COVID-19 diperkirakan tidak spesifik hanya untuk infeksi virus COVID-19, di mana, kandungan molekul kimia di periksa, juga bisa muncul pada kondisi kesehatan lainnya. Kelebihan dari tehnik test hembus nafas adalah, kemampuan untuk mendapatkan hasil test lebih cepat, mudah dan murah.

Upaya surveilen lingkungan untuk deteksi Virus COVID-19 di masyarakat

Cara lain untuk mengetahui apakah infeksi virus COVID-19 masih ada di masyarakat adalah dengan melakukan surveilen lingkungan misalnya dengan mengambil contoh/sampel air limbah badan untuk di test di lab. Sampel di ambil dari limbah lingkungan sekitar masyarakat, akan membantu memberikan indikasi daerah yang merupakan ‘hot spot’ atau indikasi apabila eradikasi infeksi tercapai.