VAKSIN COVID-19

dr. Ayustawati, PhD 

Tanggal publikasi: 31 Januari 2021Terakhir di update: 5 Februari 2021

Penelitian untuk menemukan vaksin pencegahan infeksi virus COVID-19 dilakukan gencar oleh berbagai pusat riset vaksin di dunia. Kegencaran usaha ini mulai memperlihatkan hasil, dimana beberapa jenis vaksin COVID-19 mulai tersedia. Sampai bulan Januari 2021, WHO menyebutkan ada sekitar 237 vaksin yang sedang dikembangkan di berbagai pusat riset di dunia dimana ¼ nya sudah pada tahap uji klinis. 

Berbagai negara menyikapi program imunisasi untuk COVID-19 secara berbeda. Badan pengawasan makanan dan obat di negara Amerika (FDA) sampai sekarang masih belum merekomendasikan penggunaan vaksin, walaupun penggunaan vaksin tertentu (Pfizer dan Moderna) disetujui untuk vaksinasi gawat darurat, dalam usaha menurunkan kecepatan angka penyebaran infeksi virus COVID-19. Sedangkan negara Inggris sudah merekomendasikan 3 jenis vaksin (Pfizer, AstraZeneca dan Moderna) untuk di implementasikan secara luas di masyarakat. Negara Indonesia sudah mulai pelaksanaan vaksinasi dengan menggunakan vaksin Sinovac sebagai vaksin gawat darurat.

Tujuan vaksinasi

Tujuan vaksinasi adalah untuk mempersiapkan tubuh dari serangan infeksi kuman tertentu, dengan memperkenalkan substansi kuman yang sudah di proses ke dalam tubuh, sehingga tubuh mengenali substansi tersebut dan sistem kekebalan tubuh di-stimulasi untuk memproduksi antibodi. Antibodi adalah substansi yang diproduksi tubuh untuk membunuh atau melemahkan kuman yang menginfeksi badan.

Jenis vaksin

Jenis vaksin dibedakan berdasarkan cara atau tehnik membuatnya, walaupun pada dasarnya semua jenis vaksin memerlukan bagian protein dari kuman untuk bisa bereaksi membetuk antibodi di dalam tubuh.

Ada 3 cara yang sekarang dipakai untuk memproduksi vaksin:

Contoh vaksin COVID-19 yang menggunakan tehnik ini adalah: Vaksin COVID-19 Sinovac BioTech buatan Cina yang menggunakan kuman yang di non-aktifkan. Vaksin ini merupakan jenis vaksin yang dimulai di Indonesia peredarannya pada bulan Januari 2021 dengan tujuan sebagai vaksin gawat darurat.

Vaksin lain dari jenis ini adalah vaksin Oxford-Astra Zeneca buatan Universitas Oxford di Inggris dan vaksin Gamaleya-Sputnik buatan Rusia. Vaksin ini di produksi menggunakan tehnologi vektor. Bagian protein dari virus COVID-19 ditransfer ke jenis virus yang aman untuk membuat vaksin. Hasil dari teknik adalah vaksin yang mengandung virus COVID-19 yang dilemahkan.

Vaksin Janssen/Johnson &Johnson, menggunakan tehnik vektor yang sama, juga sudah dalam proses terdaftar tetapi belum beredar untuk konsumsi umum.

Vaksin Novavax COVID-19, diproduksi di Amerika dengan menggunakan tehnik protein subunit.

Contoh vaksin COVID-19 yang diproduksi dengan menggunakan tehnik ini adalah vaksin Moderna buatan Amerika dan vaksin Pfizer/BioNTech hasil kolaborasi pusat riset di Jerman dan Amerika.

Vaksin CureVac/Bayer juga bekerjasama dengan BioNTech di Jerman sedang dalam tahap uji klinis untuk vaksin COVID-19 dengan tehnik yang sama.

Siapakah sasaran vaksinasi?

Idealnya vaksin diberikan untuk individu yang memerlukan misalnya individu usia tertentu seperti bayi dan anak-anak atau orang tua yang berumur di atas 60 tahun ke atas, individu yang memiliki kondisi kesehatan yang lemah, wanita hamil dan penderita penyakit kronis tertentu, sehingga program imunisasi bisa membantu mencegah individu-individu tersebut terinfeksi oleh virus COVID-19, akan tetapi keamanan vaksin juga perlu dipertimbangkan sebelum diberikan kepada masyarakat.

Vaksin COVID-19 termasuk vaksin baru yang data keamanan pada individu-individu diatas masih belum jelas diketahui, walaupun riset terus gencar dilakukan. Berdasarkan pertimbangan itulah, pelaksanaan program vaksinasi COVID-19 di Indonesia saat ini difokuskan pada individu usia reproduktif terutama para pekerja frontline Kesehatan yang berkecimpung secara langsung di dalam menangani kasus penderita infeksi COVID-19.

Vaksin Oxford/AstraZeneca, Moderna dan Pfizer diberikan untuk individu usia lanjut dan individu yang memiliki kondisi Kesehatan yang menyebabkan mereka mudah terserang infeksi.

Efek samping

Vaksin Sinovac

Hasil uji klinis vaksin Sinovac menyebutkan bahwa vaksin ini aman bagi penerima, dan hanya menimbulkan gejala ringan seperti kemerahan dan nyeri pada lokasi injeksi, munculnya demam ringan dan perasaan lelah.

Vaksin Oxford-AstraZeneca

Uji klinis memperlihatkan bahwa vaksin ini bisa diberikan pada individu yang sedang menderita infeksi COVID-19 tanpa efek samping yang membahayakan.

Vaksin Gamaleya-Sputnik

Efek samping lokal yang paling sering muncul adalah nyeri pada daerah suntikan, sedangkan gejala umum bervariasi dari munculnya demam, sakit kepala, perasaan lelah dan nyeri otot.

Vaksin Moderna

Efek samping local dari vaksin Moderna antara lain: nyeri, bengkak dan kemerahan pada daerah injeksi. Gejala umum vaksin Moderna antara lain: perasaan lelah, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, perasaan dingin, mual dan muntah serta munculnya demam.

Vaksin Pfizer/BioNTech

Efek samping local vaksin Pfizer adalah nyeri pada daerah injeksi, bengkak dan kemerahan di sekitar daerah suntikan. Gejala-gejala efek samping umum yang bisa timbul antara lain: perasaan lelah, sakit kepala, nyeri otot, perasaan dingin, nyeri sendi, demam, mual, perasaaan tidak enak badan dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Vaksin Pfizer juga bisa menimbulkan gejala-gejala reaksi alergi walaupun resikonya kecil. Tanda-tanda reaksi alergi yang mengkhawatirkan adalah: munculnya gejala sulit bernafas, pembengkakan pada wajah dan kerongkongan, detak jantung menjadi cepat, munculnya bercak-bercak kemerahan di sekujur tubuh dan perasaan pusing dan lemas.

Penutup

Usaha vaksinasi merupakan salah satu upaya untuk bisa mengontrol penularan infeksi virus COVID-19. Vaksin yang secara konsisten memiliki efektifitas dan keamanan yang tinggi akan membantu penanganan infeksi, dimana, hasil vaksinasi ini akan mempengaruhi kecepatan penyebaran dan juga mengurangi timbulnya infeksi virus COVID-19 dengan gejala yang mematikan.

Walaupun vaksin sudah mulai beredar, cara penanganan pencegahan infeksi virus COVID-19 seperti melakukan social distancing, memakai masker dan menjaga hygiene masih perlu dilanjutkan. Vaksin yang beredar saat ini masih baru dan efek jangka panjangnya masih belum bisa diprediksi.