PERADANGAN USUS BUNTU

dr. Ayustawati, PhD 

Publikasi: 2013Terakhir di update: 17 November 2018

Peradangan usus buntu dalam istilah kedokteran juga disebut Apendiksitis. Apendiksitis berarti peradangan pada usus apendiks atau usus buntu. Seperti namanya usus buntu adalah bagian usus yang berbentuk seperti ekor yang kurus pendek dan buntu yang muncul dari permukaan usus besar. Fungsi dari usus buntu ini sampai sekarang masih belum diketahui dengan pasti. 

Bagian dari makanan yang dicerna didalam usus dan bagian dari feces/tinja bisa masuk ke saluran sempit dan buntu dan menyebabkan saluran sempit ini menjadi tersumbat dan terinfeksi dengan bakteri. Peradangan usus buntu selalu dianggap sebagai kasus emergensi karena bagian usus yang meradang tersebut bisa pecah dan isi sumbatan yang mengandung bakteri bisa menginfeksi seluruh organ usus menimbulkan peradangan pada selaput usus atau peritonitis. Peritonitis bisa mengancam jiwa penderita kalau tidak segera diobati. 

Apakah gejala gejala peradangan usus buntu? 

Gejala gejala peradangan usus buntu meliputi: 

Apakah penyebab dari peradangan usus buntu? 

Penyebab dari peradangan usus buntu masih belum jelas diketahui. Beberapa penelitian ilmiah mengindikasikan tersumbatnya usus buntu/apendiks oleh bagian dari feces atau tinja ada hubungannya dengan timbulnya peradangan usus buntu. Belum diketahui apakah makanan atau diet ada hubungannya dengan terjadinya peradangan ini. 

Sebagian besar penderita peradangan usus buntu yang parah pernah sebelumnya menderita gejala gejala peradangan usus buntu yang ringan dan tidak memeriksakan dirinya ke dokter karena gejala menghilang dengan sendirinya. 

Apabila peradangan usus buntu yang ringan  ini tidak diobati, akan ada penumpukan nanah di dalam kantung usus buntu ini. Tiga puluh enam jam sejak mulainya infeksi ini sampai terbentuknya kantung bernanah ini, kantung ini bisa pecah dan menyebabkan kontaminasi kuman kuman ke bagian perut disekitarnya (peritonitis). Peritonitis adalah keadaan emergensi, penderita harus segera ditangani. 

Tanda-tanda dari pecahnya apendiks bernanah ini antara lain: bertambah beratnya gejala gejala dan penderita menjadi tidak sadarkan diri (kolaps). 

Bagaimanakah memastikan kondisi peradangan usus buntu? 

Gejala gejala peradangan usus buntu bisa menyerupai penyakit lain seperti gastroenteritis (mencret karena infeksi and keracunan makanan), hamil diluar kandungan, penyakit infeksi ginjal atau jantung dan paru paru). 

Diagnosis peradangan usus buntu dilakukan dengan pemeriksaan badan yang mendetail dan berhati hati, mengingat gejala yang mungkin dirasakan oleh penderita. Kalau dengan cara ini diagnosis masih belum jelas, dokter anda akan memeriksa darah anda dan melakukan pemeriksaan ultrasound atau rontgent dengan CT scan. 

Akan tetapi walaupun diagnosis yang jelas masih belum bisa didapatkan dari semua pemeriksaan ini, dokter (biasanya dokter spesialis bedah) akan memilih mengoperasi usus buntu tersebut. Hal ini diputuskan karena faktor resiko yang mungkin ditimbulkan kalau ada peradangan usus buntu tersembunyi (berhubungan dengan lokasi dari apendiks penderita), yang tidak bisa teradar dengan pemeriksaan pemeriksaan yang disebutkan diatas. 

Apakah pengobatan peradangan usus buntu? 

Peradangan usus buntu ditangani dengan cara berbeda tergantung pada kondisi penderita pada saat di diagnosis. 

1. Operasi usus buntu 

Operasi usus buntu dilakukan dengan beberapa cara. Pada saat operasi ini, seluruh bagian usus buntu yang meradang di potong.

Cara yang dipakai bisa dengan laparoskopi (operasi key hole), dimana peralatan yang disebut laparoskop (pipa kecil yang dilengkapi dengan kamera) dimasukkan lewat irisan kecil di kulit perut. 

Cara lain adalah dengan bedah tradisional, dimana irisan dilakukan di bagian bawah kanan perut sampai bagian usus buntu ditemukan dan kemudian dipotong. Apabila kantung bernanah usus buntu sudah pecah, dokter akan menghubungkan pipa kecil keluar untuk mengeluarkan sisa sisa nanah dan memberikan antibiotik infus ke penderita untuk seterusnya melemahkan dan membunuh kuman kuman tersebut. 

2. Penanganan konvensional 

Penanganan jenis ini dilakukan apabila penderita tidak fit untuk operasi, penanganan dengan pemakaian antibiotik biasanya dilakukan. Pada akhirnya, operasi dilakukan setelah kondisi penderita menjadi stabil.