PENYAKIT ANJING GILA/RABIES

dr. Ayustawati, PhD

Publikasi: 2015Terakhir di update: 15 April 2024

Penyakit rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh gigitan binatang yang terinfeksi virus rabies (RABV). RABV merupakan keluarga virus lyssa. Penyakit rabies paling sering menyebabkan kerusakan sistem saraf penderita.

Bagaimanakah penyebaran penyakit rabies? 

Penyebaran rabies terjadi oleh karena gigitan atau goresan dari binatang yang terinfeksi virus lyssa. Penularan bisa juga terjadi karena adanya kontak langsung dari air liur binatang yang terinfeksi ke permukaan mukosa seperti mata, hidung atau mulut. RABV hanya bisa menginfeksi mahluk hidup yang berjenis mamalia termasuk manusia. Beberapa binatang yang bisa menyebarkan rabies ini antara lain: anjing, kelelawar, monyet dan kucing. Walaupun jarang, penyakit rabies bisa juga disebarkan lewat menghirup udara yang terkontaminasi virus Lyssa, kaleng spray yang terkontaminasi, atau organ transplant.

Apakah gejala-gejala penyakit rabies? 

Gejala rabies biasanya muncul sekitar 20-90 hari setelah terinfeksi. Walaupun pada beberapa penderita gejala bisa muncul lebih cepat seperti setelah beberapa hari terinfeksi atau gejala baru muncul setelah beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian.

Gejala awal

Gejala-gejala awal penyakit rabies biasanya tidak spesifik, dan mirip dengan gejala infeksi virus biasa. Beberapa gejala-gejala awal yang bisa dirasakan adalah: 

Gejala awal rabies bisa muncul sampai selama 10 hari.

Gejala lanjutan

Penyakit rabies kemudian berkembang mempengaruhi fungsi kerja saraf pada otak menyebabkan aktivasi sistem kerja saraf. Gejala-gejala yang bisa dialami penderita antara lain:

Setelah munculnya gejala-gejala, dalam waktu 1-2 minggu kondisi penderita menurun dengan pesat menimbulkan kelumpuhan, kejang dan bahkan kematian. Angka fatalitas hampir 100% apabila penanganan dini tidak dilakukan dan gejala-gejala lanjutan mulai muncul.

Bagaimanakah memastikan kondisi rabies? 

Penyakit rabies paling sering dipastikan dari gejala gejala rabies dan adanya sejarah gigitan binatang.

Pemeriksaan antigen dengan menggunakan sampel dari kulit pada daerah luka, air liur, cairan dan biopsi sel otak membantu untuk memastikan kondisi rabies. Akan tetapi, hasil positif biasanya baru muncul setelah minggu kedua infeksi, oleh karena itu, hasil tes negatif tidak selalu berarti bahwa penderita tidak menderita infeksi rabies. Apabila gejala-gejala dan riwayat penyakit mendukung, pengobatan perlu dimulai.

Bagaimanakah pengobatan penyakit rabies? 

Pengobatan yang spesifik untuk penyakit rabies belum tersedia. Penanganan pada penderita yang sudah memperlihatkan gejala biasanya perawatan di emergensi di rumah sakit sebagai perawatan pasien kritis. Pengobatan yang diberikan biasanya bersifat perawatan pendukung seperti obat penurun demam, obat mencegah kejang, perawatan di tempat yang tersendiri, antivirus, immunoterapi, dan neuroterapi. Walaupun dengan penanganan agresif di ruang perawatan kritis, angka kesembuhan pasien sayangnya sangat rendah.

Bagaimanakah pencegahan penyakit rabies? 

Penyakit rabies memiliki angka fatalitas yang tinggi apabila sudah mulai muncul gejala-gejala. Dengan belum tersedia obat spesifik untuk menyembuhkan kondisi rabies, usaha pencegahan merupakan usaha yang sangat penting diketahui. Beberapa usaha pencegahan yang bisa dilakukan antara lain: