Mengikuti rekomendasi jadwal imunisasi akan memberikan kekebalan pada seorang anak terhadap penyakit yang sudah divaksinasikan. Pada saat munculnya wabah penyakit yang terdaftar di dalam jadwal di imunisasi diatas, anak yang sudah diimunisasi apabila masih terinfeksi, gejala infeksi yang muncul tidak akan separah apabila anak tersebut belum diimunisasi.
Pamphlet elektronik jadwal imunisasi anak usia 0-18 tahun berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2023
Keterangan mengenai vaksin dikutip dari pamphlet elektronik diatas, adalah sebagai berikut:
Vaksin hepatitis B (HB). Vaksin hepatitis B (HB) monovalen disuntikkan intramuskular kepada bayi segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam, didahului penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 2000 g, imunisasi hepatitis B sebaiknya ditunda sampai saat usia 1 bulan atau saat pulang dari rumah sakit kecuali bayi dari ibu HBsAg positif dan bayi bugar berikan imunisasi HB segera setelah lahir tetapi tidak dihitung sebagai dosis primer, berikan tambahan 3 dosis vaksin (total 4 dosis). Untuk bayi yang lahir dari ibu HBsAg positif: Berikan vaksin hepatitis B dan Hepatitis B imunoglobulin (HBIg) pada paha yang berbeda, segera mungkin dalam waktu 24 jam setelah lahir, tanpa melihat berat bayi. Pemberian HBIg setelah 48 jam efikasinya menurun. Bila terlambat diberikan HBIg masih dapat diberikan sampai 7 hari. Bayi perlu diperiksa anti-HBs pada usia 9-12 bulan. Jika dosis terakhir terlambat tes dilakukan 1-2 bulan setelah dosis terakhir.
Vaksin polio. Vaksin polio oral (bOPV) diteteskan ke mulut bayi ketika akan pulang Jadwal pemberian vaksin polio lengkap terdiri dari bOPV saat lahir, 3x bOPV dan minimal 2x IPV, sesuai panduan Kemenkes pada usia 4 dan 9 bulan. Pemberian OPV pada bayi dari ibu HIV atau bayi HIV lihat Sari Pediatri.
Vaksin BCG. Vaksin BCG disuntikan intrakutan segera setelah lahir atau sebelum berusia 1 bulan. Bayi dari Ibu TB aktif: BCG ditunda sampai terbukti bayi tidak terinfeksi TB, namun bayi diberikan terapi pencegahan TB. Usia 3 bulan atau lebih BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif. Bila uji tuberkulin tidak tersedia, BCG tetap diberikan namun bila timbul reaksi lokal cepat pada minggu pertama harus dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis TB.
Vaksin DTP. Vaksin DTwP atau DTaP disuntikan intramuskular, dapat diberikan mulai usia 6 minggu. DTaP dapat diberikan pada usia 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. Booster pertama usia 18 bulan. Booster berikutnya usia 5-7 tahun dan 10-18 tahun atau pada BIAS SD murid kelas 1 (DT/DTaP), kelas 2 (Td/Tdap), kelas 5 (Td/Tdap).
Vaksin Haemophilus influenzae B (Hib). Vaksin Hib, merupakan vaksin inaktif, disuntikkan intramuskular dalam bentuk kombinasi sesuai jadwal vaksin pentavalen atau heksavalen DTwP atau DTaP diberikan pada usia 2,4,6 bulan atau 2,3,4 bulan, dan usia 18 bulan.
Vaksin pneumokokus (PCV). Vaksin PCV disuntikan intramuskular pada usia 2, 4 dan 6 bulan dengan booster pada usia 12-15 bulan. Jika belum diberikan pada usia 7-12 bulan, berikan PCV 2 kali dengan jarak minimal 1 bulan dan booster pada usia 12 -15 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya. Jika belum diberikan usia 1-2 tahun berikan PCV 2 kali dengan jarak minimal 2 bulan. Jika belum diberikan pada usia 2-5 tahun, PCV10 diberikan 2 kali dengan jarak 2 bulan, PCV13 diberikan 1 kali. Untuk anak >5 tahun yang berisiko tinggi infeksi pneumokokus dan belum pernah mendapat vaksin PCV, sangat direkomendasikan mendapat 1 dosis PCV13. Program imunisasi nasional PCV dengan jadwal usia 2, 3 dan 12 bulan. (3)
Vaksin rotavirus (RV). Vaksin RV monovalen (RV1) diteteskan ke dalam mulut diberikan dalam 2 dosis, dosis pertama usia 6-12 minggu, dosis kedua dengan interval minimal 4 minggu, paling lambat usia 24 minggu. Vaksin RV pentavalen (RV5) diberikan dalam 3 dosis, dosis pertama pada usia 6-12 minggu, interval antar dosis 4-10 minggu, dosis ketiga paling lambat usia 32 minggu. Sejak tahun 2022, vaksin rotavirus monovalen (RV1) dimasukan ke dalam program nasional secara bertahap.
Vaksin influenza. Vaksin influenza disuntikan intramuskular mulai usia 6 bulan. Untuk suntikan pertama pada usia 6 bulan – 8 tahun, berikan 2 dosis vaksin yang berisi antigen yang sama dengan interval 4 minggu, untuk usia 9 tahun ke atas cukup satu kali. Selanjutnya pengulangan setiap tahun satu kali pada bulan yang sama menggunakan vaksin yang tersedia, tanpa memerhatikan jenis vaksin South (SH) atau North hemisphere (NH).
Vaksin MR & MMR. Vaksin MR disuntikkan subkutan mulai umur 9 bulan, dosis kedua umur 15-18 bulan, dosis ketiga umur 5-7 tahun. Bila sampai usia 12 bulan belum mendapat MR dapat diberikan MMR mulai usia 12–15 bulan, dosis kedua 5–7 tahun. MMRV diberikan pada usia 2 tahun atau lebih untuk mengurangi risiko kejang demam.
Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE disuntikkan subkutan. Untuk anak yang tinggal di daerah endemis atau yang akan bepergian ke daerah endemis selama 1 bulan atau lebih, dosis pertama mulai usia 9 bulan, dosis penguat (untuk yang tinggal di daerah endemis) diberikan 1-2 tahun kemudian untuk perlindungan jangka panjang.
Vaksin varisela. Vaksin varisela disuntikkan subkutan mulai usia 12–18 bulan. Pada usia 1–12 tahun diberikan 2 dosis dengan interval 6 minggu sampai 3 bulan, usia 13 tahun atau lebih interval 4 sampai 6 minggu.
Vaksin hepatitis A. Vaksin hepatitis A disuntikkan intramuskular mulai usia ≥ 12 bulan diberikan dalam 2 dosis dengan interval 6-18 bulan.
Vaksin tifoid. Vaksin tifoid polisakarida disuntikkan intramuskular mulai usia 2 tahun, diulang tiap 3 tahun.
Vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV). Vaksin HPV disuntikkan intramuskular pada anak perempuan usia 9-14 tahun 2 dosis interval 6–15 bulan, atau pada BIAS SD dosis pertama kelas 5 dan dosis kedua kelas 6. Mulai usia 15 tahun sama dengan dosis dewasa: 3 dosis dengan jadwal vaksin bivalen 0, 1, 6 bulan, quadrivalen atau nonavalen 0, 2, 6 bulan.
Vaksin dengue. Vaksin Chimeric Yellow Fever Dengue (CYD) disuntikkan intramuskular, usia 9-16 tahun, 3 dosis, interval 6 bulan. Diberikan pada anak yang pernah sakit dengue yang dikonfirmasi dengan deteksi antigen (dengue rapid test NS-1 atau PCR ELISA) atau tes serologi IgM anti dengue. Jika tidak pernah sakit dengue, dilakukan tes serologi IgG anti dengue. Vaksin TAK-003 (backbone DEN-2) dapat diberikan pada seropositif maupun seronegatif usia 6-45 tahun, disuntikkan subkutan 2 dosis, interval 3 bulan.
Program imunisasi anak nasional
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan media rilis pada tanggal 11 April 2022 lewat Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Drg. Widyawati, MKM, yang menyatakan diterapkannya imunisasi kejar, untuk melengkapi imunisasi dasar anak yang tertunda.
Imunisasi Dasar Lengkap merupakan merupakan program imunisasi dasar anak nasional yang meliputi 6 jenis imunisasi yang diberikan secara gratis dibawah program imunisasi anak nasional, dimana pemberian imunisasi diberikan di berbagai pusat pelayanan terdaftar dan vaksin-vaksin ini harus diberikan secara lengkap sebelum anak berusia 1 tahun dan kemudian diikuti dengan imunisasi lanjutan pada Baduta dan Imunisasi Lanjutan Anak Sekolah Dasar/Sederajat.
Berikut adalah jenis vaksin yang tersedia dibawah program imunisasi rutin lengkap. Jadwal pemberian vaksin sesuai dengan jadwal pada pamplet IDAI di atas.
Anak usia 0-11 bulan - Imunisasi Dasar Lengkap
HB0 1 dosis
BCG 1 dosis
DPT-HB-HiB 3 dosis
Polio tetes (OPV) 4 dosis
Polio suntik (IPV) 1 dosis
Campak Rubella (MR) 1 dosis
Imunisasi lanjutan Baduta (bawah 2 tahun) usia anak 18-24 bulan
DPT-BB-HiB 1 dosis
Campak Rubella (MR) 1 dosis
Imunisasi Lanjutan Anak Sekolah Dasar/sederajat pada program tahunan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)
Campak Rubella (MR) dan DT pada anak kelas 1
Td (Tetanus Difteri) pada anak kelas 2 dan kelas 5