Japanese Ensefalitis (JE) adalah kondisi kesehatan yang disebabkan oleh infeksi virus. JE pertama kali dilaporkan di Jepang dan sejak itu mulai dilaporkan kejadiannya di negara negara lain, terutama negara-negara Asia Tenggara dan Pasifik barat. Di Indonesia, JE banyak ditemukan didaerah kepulauan bagian timur Indonesia, tersebar dari Bali ke Papua.
Kondisi JE disebabkan oleh virus bernama Japanese encephalitis (JEV). Virus JE termasuk keluarga flavivirus, satu keluarga dengan virus penyebab kondisi demam berdarah.
JEV hidup dan berkembang biak di dalam tubuh binatang. Babi merupakan salah satu tempat berkembang biak. Apabila nyamuk menggigit babi yang mengandung virus ini, nyamuk tersebut akan terinfeksi dan bisa menularkan virus tersebut ke manusia lewat gigitan. Nyamuk penyebar JEV adalah nyamuk jenis Culex.
JE lebih sering ditemukan di daerah-daerah terpencil, daerah pedesaan dan kota-kota kecil dengan aktifitas peternakan babi dan persawahan. Selain itu, kasus JE juga lebih sering ditemukan di daerah tropis pada saat musim hujan dan sebelum masa panen.
Gejala-gejala JE biasanya muncul 4-14 hari setelah penderita terinfeksi. Gejala JE sebagian besar mempengaruhi fungsi kerja saraf otak.
Gejala JE biasanya ringan, tidak spesifik dan terjadi tanpa mengganggu kegiatan sehari hari penderita. Akan tetapi pada kasus yang lebih berat, JE bisa memperlihatkan gejala gejala seperti:
demam sangat tinggi yang muncul mendadak
nyeri dan kaku pada bagian belakang leher
sakit kepala
perasaan linglung
kaki dan tangan susah digerakkan, bahkan kadang sampai tidak bisa digerakkan sama sekali
kejang
kehilangan kesadaran atau koma
Angka fatalitas diperkirakan mencapai 30% dari seluruh kasus JE, dan walaupun bisa disembuhkan, 30-50% dari penderita yang sembuh mengalami sisa gejala yang permanen seperti kelumpuhan, kejang kambuhan, kesulitan berbicara dan gangguan fungsi saraf dan mental.
Pengobatan untuk menyembuhkan infeksi JEV belum tersedia di pasaran. Penanganan infeksi JE dilakukan dengan mengontrol gejala-gejala dan meningkatkan kestabilan daya tahan tubuh penderita.
Apabila penderita memperlihatkan gejala-gejala JE penderita direkomendasikan untuk memeriksakan diri ke dokter atau ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan secepatnya.
Pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan berusaha memutuskan mata rantai siklus penyebaran JEV. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah:
Menghindari gigitan nyamuk dengan cara:
mengenakan pakaian atau kain yang bisa menutupi kulit
menggunakan krim anti nyamuk
tidur dengan memakai kelambu
merupakan beberapa untuk menghindari gigitan nyamuk.
Selalu menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, cukup minum air putih dan rajin berolah raga secara teratur
Penataan lingkungan:
Menjaga kebersihan dan mengeringkan genangan air disekitar rumah
Melakukan eradikasi nyamuk secara rutin untuk memutus siklus hidup nyamuk
Vaksinasi
Vaksin untuk mencegah JE sudah tersedia di pasaran. Vaksin tersebut dianjurkan bagi individu yang berasal dari daerah yang non-endemis, dan akan berkunjung ke daerah endemis (banyak terjadi kasus).
Untuk informasi lebih jelas tentang vaksin JE, disarankan untuk berdiskusi langsung dengan dokter di daerahnya.