Kasus bayi dengan tehnik modifikasi genetik

dr. Ayustawati, PhD

Publikasi: 16 Desember 2018 10:12 West Indonesia  Time

Opini

Bulan November 2018, seorang ilmuwan asal Cina bernama dr. He Jiankui melaporkan hasil penelitiannya di sebuah konferensi eksklusif untuk para ahli manipulasi genetik. Laporan ilmuwan ini menimbulkan reaksi yang sangat besar baik di kalangan kelompok ilmuwan itu sendiri ataupun masyarakat dunia untuk berbagai alasan.

Laporan dr. He Jiankui menyebutkan bahwa dia sudah berhasil membantu melahirkan bayi dari pasangan suami istri yang terinfeksi oleh virus HIV yang bisa menyebabkan AIDS lewat program percobaan klinis vaksinasi untuk virus HIV. Dr. He Jiankui mengakui bahwa dia berusaha membantu pasangan tersebut mendapatkan bayi yang memiliki kekebalan terhadap infeksi virus HIV lewat prosedur bayi tabung yang di dalam prosesnya dia memanipulasi bagian gen calon bayi tersebut dengan menghilangkan bagian gen yang dipercaya diserang oleh virus HIV. Dr. He menyebutkan tehniknya sebagai upaya pertama di dunia untuk vaksinasi terhadap infeksi virus HIV.

Masalah utama pertama yang langsung menjadi polemik dari laporan dr. He Jiankui adalah karena dia menggunakan calon bayi manusia sebagai bahan eksperimen berdasarkan proses persiapan kode etik untuk percobaan klinis yang tidak jelas, sudah melakukan penelitian tanpa pemberitahuan, penjelasan dan pelaporan seperti yang diatur di dalam aturan kode etik percobaan klinis masyarakat ilmuwan di Cina maupun masyarakat ilmuwan dunia.

Aturan dan konsensus penelitian sudah tertulis dengan jelas dan semua tujuan penelitian menggunakan teknologi yang yang masih baru dan kontroversi seperti memanipulasi bagian gen, harus memenuhi kode etik yang sudah ditentukan, dan dr. He Jiankui di nilai gagal memenuhi tahap ini sebelum memulai eksperimennya. Berdasarkan analisa terhadap proses percobaan klinis ini, para ilmuwan Cina yang juga berkecimpung di bidang yang sama dan pemerintah Cina sendiri menyatakan ketidaksetujuan mereka dengan proses persiapan kode etik percobaan klinis dr. He. Sekarang keberadaan dr. He tidak diketahui dan dua perusahaan lab genetik dr. He di tutup sementara untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Selain itu, di kasus ini, infeksi HIV telah diketahui kontrol dan penanganannya, bahkan pencegahan bayi dilahirkan dengan infeksi HIV sudah juga sudah bisa dilakukan  dengan menggunakan teknologi yang lebih aman. Keperluan memanipulasi gen untuk mendapatkan kekebalan terhadap virus HIV dan kemungkinan bisa mengakibatkan individu tersebut menjadi rentan terhadap infeksi kuman yang lain dinilai merupakan tindakan yang tidak beralasan kuat, ceroboh akan dampak lanjutan dan tidak bisa diterima.

Teknologi yang dipakai oleh dr. He merupakan tehnologi baru dimana bagian gen dari sel tertentu dimanipulasi untuk tujuan penyembuhan kondisi penyakit tertentu yang pengobatannya belum bisa ditemukan. Penelitian dan percobaan klinis ini biasanya dilakukan pada penderita kanker tertentu, untuk usaha mengontrol atau menyembuhkan kondisi kanker tersebut. Manipulasi gen pada kasus seperti ini hanya akan mempengaruhi penderita kanker itu sendiri.

Sebaliknya pada percobaan klinis dr. He, manipulasi gen dilakukan pada tahap zigot dimana sel bernama sel germline dimanipulasi. Kemudian manipulasi ini ditanam di bayi tabung yang akan menghasilkan bayi dengan gen yang termanipulasi. Bayi ini pada saat tumbuh dewasa dan ber-reproduksi akan menurunkan gen yang di manipulasi ini ke generasi berikutnya lewat anak cucu mereka. Komunitas ilmuwan negara Amerika dan Eropa tidak memberikan ijin bagi ilmuwannya untuk menggunakan teknologi manipulasi gen untuk mengubah gen pada sel germline yang bisa diturunkan dari generasi ke generasi.

Berbagai macam alasan polemik lain kemudian berlanjut setelah terbukanya kasus ini ke dunia luar. Teknologi bayi tabung dan modifikasi genetik akan selalu menimbulkan kontroversi. Apa yang menjadi kekuatiran yang memang sudah menjadi pembicaraan umum bagi ilmuwan yang mengerti banyak tentang  teknologi ini telah menghasilkan dua bayi dengan gen yang dimanipulasi, tanpa sepengetahuan mereka. Ilmuwan yang merupakan salah satu penemu teknik ini menyatakan kekecewaannya bahwa teknologi ini sudah dipakai untuk alasan yang tidak diinginkan.

Dengan adanya kasus ini, aspek transparansi dan isu etik tentang bagaimana teknologi kedokteran ini akan dipakai di masa depan, perlu segera di analisa lagi dan global kode etik penggunaanya perlu diatur dan disetujui oleh para ilmuwan di bidang ini di seluruh dunia. Kontrol penggunaan tehnologi modifikasi gen seharusnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup mahluk hidup dan dipakai untuk menjawab masalah fundamental kesehatan dengan proposal penelitian dan percobaan klinis yang transparan dan melewati analisa dan disetujui berbagai lapis diskusi panel ahli baik dari bidang hukum, ilmuwan dan juga panel analisa independen lainnya sebelum diimplementasikan.

Penelitian klinis mungkin di susun dengan alasan sentimentil seperti jawaban dr. He pada saat panel diskusi, tetapi dalam implementasi, proposal penelitian dan apalagi percobaan klinis dan materi inform konsen harus tetap memenuhi aturan dan step persiapan yang ditentukan serta jauh dari pertimbangan subjektif pemberi ide.

Daftar Pustaka